BeritaMedia24

Berita Viral Terpopuler Hari Ini

Health

Ubi Racun Mengandung Senyawa Kimia Glikosida Sianogenik

Ubi Racun
Ubi Racun Mengandung Senyawa Kimia Glikosida Sianogenik

Ubi Racun (Manihot Esculenta) Adalah Jenis Umbi-Umbian Yang Sering Di Temukan Di Daerah Tropis Termasuk Indonesia. Meskipun banyak di gunakan sebagai bahan makanan, ubi ini mengandung zat yang dapat menjadi racun jika tidak di olah dengan benar. Maka tanaman ini yang juga di kenal sebagai cassava atau singkong berasal dari Amerika Selatan khususnya dari wilayah Amazon di Brasil.

Ubi ini merupakan salah satu tanaman pangan penting yang pertama kali di budidayakan oleh suku asli Amerika Selatan sekitar 4.000 hingga 5.000 tahun yang lalu. Karena daya tahan tanamannya yang tinggi terhadap kondisi kering dan tanah yang kurang subur. Sehingga tanaman ini menjadi tanaman pokok yang vital bagi masyarakat di wilayah tersebut. Maka dari itu seiring berjalannya waktu tanaman ini mulai menyebar ke berbagai wilayah di luar Amerika Selatan.

Pada abad ke-16 Ubi Racun di perkenalkan ke Afrika oleh pedagang Portugis, yang melihat potensi tanaman ini sebagai sumber pangan yang dapat di andalkan di daerah yang sering mengalami kekeringan. Sehingga tanaman ini dengan cepat menjadi tanaman pokok di banyak negara Afrika karena kemampuannya untuk tumbuh di lahan marginal. Dan menghasilkan panen yang melimpah meski dalam kondisi lingkungan yang sulit.

Dari Afrika tanaman ini kemudian menyebar ke berbagai wilayah lain, termasuk Asia Tenggara dan India. Maka di Indonesia tanaman ini juga di perkenalkan oleh penjajah Belanda pada abad ke-17. Di tanah air tanaman ini dengan cepat di terima oleh masyarakat karena kemudahan dalam penanaman serta hasil panen yang dapat di olah menjadi berbagai macam makanan, seperti gaplek, tiwul, dan tepung tapioka Ubi Racun.

Ubi Racun Mengandung Sianida Dalam Bentuk Glikosida Sianogenik

Saat ini ubi yang di tanam secara luas di berbagai negara tropis, termasuk di Asia, Afrika, dan Amerika Latin. Sehingga di indonesia menjadi salah satu produsen utama ubi di dunia bersama dengan Nigeria, Thailand, dan Brasil. Meskipun di kenal sebagai Ubi Racun Mengandung Sianida Dalam Bentuk Glikosida Sianogenik yang dapat berbahaya jika tidak di olah dengan benar.

Penyebaran ubi yang cepat ke berbagai benua menunjukkan pentingnya tanaman ini dalam memenuhi kebutuhan pangan di daerah dengan sumber daya pertanian yang terbatas. Sehingga kemampuan tanaman ini untuk beradaptasi dengan berbagai kondisi lingkungan, dari lahan subur hingga lahan marginal. Dan menjadikannya tanaman yang berperan penting dalam ketahanan pangan global.

Ubi ini mengandung senyawa kimia beracun yang di kenal sebagai glikosida sianogenik. Senyawa ini dapat menghasilkan hidrogen sianida (HCN) yang berpotensi berbahaya. Bagi manusia jika di konsumsi dalam jumlah yang signifikan tanpa pengolahan yang tepat. Dan Linamarin adalah glikosida sianogenik yang paling umum di temukan dalam tanaman ini dan bertanggung jawab atas sebagian besar kandungan sianida.

Lotaustralin juga memiliki struktur yang mirip dengan linamarin tetapi dalam jumlah yang lebih kecil. Ketika ubi di potong, di hancurkan, atau di kunyah, maka enzim alami dalam ubi yang di sebut linamarase akan menguraikan linamarin dan lotaustralin menjadi hidrogen sianida, glukosa, dan keton. Sehingga Hidrogen sianida (HCN) adalah gas beracun yang dapat menyebabkan berbagai gejala keracunan.

Mulai dari pusing hingga kematian tergantung pada jumlah yang terpapar. Maka dari itu kadar glikosida sianogenik dalam tumbuhan ini dapat bervariasi tergantung pada jenis dan varietas singkong, serta kondisi lingkungan tempat tumbuhnya.

Beresiko Jika Di Konsumsi Tanpa Pengolahan Yang Tepat

Maka singkong manis biasanya memiliki kandungan glikosida sianogenik yang lebih rendah (kurang dari 50 mg per kilogram). Dan sedangkan singkong pahit dapat mengandung kadar yang lebih tinggi (lebih dari 50 mg per kilogram). Sehingga membuatnya lebih Beresiko Jika Di Konsumsi Tanpa Pengolahan Yang Tepat.

Glikosida sianogenik tidak merata dalam seluruh bagian tanaman membuat konsentrasi tertinggi. Dan biasanya terdapat pada kulit dan lapisan luar umbi, sementara bagian dalam umbi mengandung konsentrasi yang lebih rendah. Maka hidrogen sianida yang di hasilkan dari glikosida sianogenik dapat menghambat enzim sitokrom oksidase dalam mitokondria.

Akibatnya sel tubuh tidak dapat memanfaatkan oksigen dan dapat menyebabkan gejala keracunan. Seperti mual, muntah, sakit kepala, pusing, sesak napas, kejang, hingga kematian dalam kasus yang parah. Maka pengolahan yang tepat seperti mengupas, merendam, fermentasi, dan memasak. Dengan menyeluruh dapat mengurangi atau menghilangkan glikosida sianogenik sehingga aman untuk di konsumsi.

Metode pengeringan dan penjemuran juga efektif dalam menguapkan sebagian besar hidrogen sianida yang terbentuk, sehingga menurunkan risiko toksisitas. Sehingga pembentukan hidrogen sianida (HCN) pada tanaman ini terjadi melalui proses biokimia yang melibatkan senyawa alami yang di sebut glikosida sianogenik. Maka dengan senyawa ini yang meliputi linamarin dan lotaustralin bisa di ubah menjadi hidrogen sianida oleh enzim tertentu.

Proses pembentukan hidrogen sianida pada ubi ini terjadi ketika glikosida sianogenik. Seperti linamarin dan lotaustralin bereaksi dengan enzim linamarase setelah sel tanaman ubi rusak. Maka HCN yang terbentuk sangat toksik dan memerlukan pengolahan yang tepat untuk menghilangkannya. Sehingga ubi aman untuk di konsumsi. Pengolahan yang benar dapat mengurangi kadar HCN dan mengurangi risiko keracunan.

Salah Satu Sumber Pangan Penting Di Banyak Negara

Meskipun singkong mengandung zat beracun yang memerlukan pengolahan khusus. Tetapi ubi ini juga memiliki sejumlah manfaat yang menjadi Salah Satu Sumber Pangan Penting Di Banyak Negara. Sehingga ubi ini adalah sumber karbohidrat kompleks yang sangat baik, dan menyediakan energi yang di butuhkan tubuh untuk beraktivitas. Maka kandungan karbohidrat yang tinggi membuatnya menjadi makanan pokok di banyak Negara.

Tanaman ini juga mengandung serat yang baik untuk kesehatan pencernaan. Dengan serat membantu mencegah sembelit, memperlancar pencernaan, dan menjaga kesehatan usus. Maka dari itu dengan mengkonsumsi serat yang cukup juga di kaitkan dengan penurunan risiko penyakit jantung, diabetes tipe 2, dan obesitas. Dan ubi kaya akan vitamin C, yang berfungsi sebagai antioksidan dalam tubuh.

Vitamin C membantu meningkatkan sistem kekebalan tubuh, mempercepat penyembuhan luka, dan melindungi sel-sel tubuh dari kerusakan akibat radikal bebas. Maka ubi ini mengandung beberapa mineral penting seperti kalium, magnesium, dan kalsium. Kalium membantu menjaga keseimbangan cairan dan elektrolit dalam tubuh. Sehingga mendukung fungsi jantung, serta mengatur tekanan darah.

Magnesium penting untuk fungsi otot dan saraf, serta metabolisme energy. Sedangkan kalsium berperan dalam pembentukan dan pemeliharaan tulang serta gigi yang kuat. Selain vitamin C, tanaman ini juga mengandung senyawa antioksidan lain seperti polifenol dan flavonoid. Sehingga Antioksidan membantu melawan radikal bebas dalam tubuh yang dapat menyebabkan kerusakan sel. Dan meningkatkan risiko penyakit kronis seperti kanker dan penyakit jantung.

Singkong adalah sumber karbohidrat yang bebas gluten. Sehingga aman di konsumsi oleh orang yang menderita penyakit celiac atau memiliki sensitivitas terhadap gluten. Dan tepung tapioka yang di buat dari singkong Ubi Racun.